Semoga Ramadhan Tahun Depan…

Disclaimer: mohon maaf dengan postingan yang mengandung kontemplasi emosional ini, tak bisa menulis lebih banyak lagi dari ini.

***

Sebenarnya menurut saya, selama melewati Ramadhan sepanjang hidup, kita melewati beberapa fase yang berbeda. Mungkin kita saja yang tidak menyadarinya.

Misalnya saja yang saya alami, saat berpindah dari fase Ramadhan masa kanak-kanak, kemudian fase Ramadhan saat remaja, dilanjutkan fase Ramadhan saat merantau atau jauh dari orang tua, lalu fase Ramadhan setalah punya pasangan, dan fase Ramadhan saat menjadi ibu. Atau yang dialami orang lain, misalnya merasakan: fase Ramadhan yang sepi karena kehilangan orang tua atau orang tersayang, fase Ramadhan di negara lain, fase Ramadhan di tanah suci sebulan penuh, dan sebagainya.

Kalau kita kenang-kenang, semua fase itu dilewati dengan suasana berbeda kan ya?

Saya pribadi, merasakan fase Ramadhan paling berbeda itu saat merantau atau jauh dari orang tua (tahun 2006) dan saat menjadi ibu (tahun 2014). Saat pertama kali merasakan Ramadhan di rantau, sulit menahan sedih karena Ramadhan yang berbeda, jauh dari rumah. Bawaannya home sick terus.

Saat menjalani Ramadhan pertama kali sebagai ibu (waktu itu bayi masih 3 bulan), agak shocked karena sungguh banyak ibadah yang tidak mencapai target seperti waktu single dulu. Ada yang menghibur, bahwa apapun yang dilakukan dengan tulus untuk kepentingan anak, insya Allah juga bernilai ibadah. Jadi, tidak perlu menyesali diri sehingga merasa saat itu bukan Ramadhan terbaik.

Tahun ini kita merasakan fase Ramadhan saat pandemi. Tahun ini suasana berbedanya sangat terasa, mungkin karena semua ibadah dilakukan #dirumahaja dan semua orang juga melakukannya.

Jadi, setiap tahun, bisa jadi Ramadhan itu berbeda, namun tetap akan menjadi Ramadhan yang indah jika menjalaninya dengan penuh syukur. Tetap akan menjadi Ramadhan yang penuh hikmah.

Merasakan berpuasa di masa pandemi, ada harapan dan doa yang terselip untuk Ramadhan tahun depan.

Berharap agar Ramadhan tahun depan…

[untuk Akhirat]

  • Masih diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan suci ini. memperoleh rahmat, berkah serta ampunan dari Allah SWT.
  • Kualitas ibadahnya bisa lebih baik dari tahun ini, sehingga juga bisa menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalani semua peran (menjadi istri, menjadi ibu, menjadi anak, menjadi rekan kerja, dan menjadi bagian dari masyarakat).
  • Diberi kekuatan, kemudahan, serta kesabaran dalam menghadapi setiap ujian yang datang. Berharap kesabaran yang dimiliki menjadi pahala terbaik untuk akhirat.
  • Diberi rasa syukur dalam apapun setiap kondisi, Alhamdulillah ‘ala kulli haal.
  • Diberi rezeki untuk dapat berbagi baik di saat ‘sempit’ apalagi di saat ‘lapang’.

[untuk Dunia]

  • Tidak ada lagi pandemi ini. Kita semua dapat kembali merasakan euforia penyambutan Ramadhan di luar rumah, dapat kembali menjalankan ibadah dengan tenang di mesjid, lalu akhir Ramadhan dapat merasakan yang namanya mudik berkumpul dengan keluarga besar.
  • Tetap produktif dan melakukan banyak hal bermanfaat sama seperti yang dilakukan saat pandemi.

***

Pada akhirnya semua harapan yang ditulis, dikembalikan lagi pada Yang Maha Kuasa. Apapun yang terjadi (tercapai atau tidak), tetap ucapkan Alhamdulillah ‘ala kulli haal. tetap ucapkan Laa hawla wa laa quwwata illa billah, tetap ucapkan Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashiir :’)

***

photo credit: dokumentasi pribadi

Leave a comment